Minggu, 26 Februari 2012

trip ke Belanda part 1

April 2002.
Saat tugas di Switzerland, hampir setiap bulan aku menyempatkan diri mengunjungi negara sekitar untuk mengisi weekend. Kebetulan ada liburan Paskah sehingga ada long weekend dan cukup untuk mengunjungi Benelux (Belgia, Netherland and Luxemburg)

Salah seorang teman bule yang dulu bertugas di Jakarta, kebetulan juga ditugaskan ke Swiss. Padahal dia berasal dari Holland. Maka setiap minggu sekali dia balik ke Amsterdam karena anak istrinya tinggal di Amterdam. Istrinya orang Pakistan sehingga anaknya cakep banget perpaduan bule dengan Pakistan.

Jumat sore jam 3-an lebih sedikit kami kabur dari Vevey menuju ke Bandara di Geneva untuk mengejar pesawat jam 6 sore. Dengan Jetstar, lowcost carrier, aku dan Rudolf Hoeffelman tiba di Amsterdam dan diantar ke budget hotel di deket museum Van Rijk. Hotel saya khas tipikal hotel rumahan dengan ibu kost yang ramah dan ceriwis pingin tahu mengenai ndonesia. Kayaknya oma opanya pernah tugas di Indonesia zaman VOC. begitu datang saya diberi gayung plastik yang dikeluarkan dari lemari keramatnya. Dengan bangga dia bercerita kalau tamu Indonesia biasanya lebih suka mandi dengan gayung daripada dengan shower :) . Tak lupa dia berjanji akan membuat nasi goreng untuk sarapan saya esoknya.

Tarif hotel ini per malam adalah EUR60 (mahal banget untuk kondisi kamar yang sempit terletak di bawah tangga dan sangat berisik karena bunyi langkah kaki berlarian naik turun tangga). Kamar mandi di luar. Namun sudah termasuk sarapan sepiring nasi goreng, sandwich roti dengan keju dan telor dadar (triple dekker khas Holland) dan secangkir kopi yang diantar ke kamar. Tapi hotel ini dekat dengan stasiun kereta dan halte bus ke pusat kota dan dekat dengan Dutch National Museum dan kampus sehingga sangat praktis buatku untuk bepergian. Banyak banget yang perlu dilihat, Amsterdam merupakan gudang museum lukisan dari Vincent van Gogh dan Rembrandt Van Rijk.

Malam itu saya tiba di hotel sudah pukul 9 dan langsung masuk kamar untuk beristirahat. Dikamar aku melihat banyak brosur yang aku ambil di bandara dan mencocokkan dengan trik and tips dari Rudolf. Setelah membuat rencana aku turun melihat sekeliling tempatku menginap. Suasana tenang dan gelap ciri khas pinggir kota. jarak antar rumah berjauhan dengan halaman rumput yang luas. Terpangkas rapi dan bunga musim semi beraneka ragam dibawah temaram lampu yang minim. jalanan paving blok rata dan enak buat jogging. Biarpun sudah larut namun tetap terasa aman berjalan sendirian di negeri orang tanpa teman.

Selesai sarapan esok paginya saya naik kereta ke City kanal di depan stasiun pusat. berjalan kaki menyusur sepanjang kanal dan melihat-lihat kota. Berfoto di depan stasiun kereta. tepat di depan stasiun adalah gedung kantor pusat VOC dengan kapal dagang kunonya sebagai icon terpajang bersih dan rapi di halaman kantor. Di kanal tersebut berderet-deret kiosk menawarkan city tour Amsterdam dan tour Benelux dalam waku semalam atau dua malam saja. Aku tertarik dan booking untuk mengunjungi Belgia dan Luxemburg masing-masing satu hari. Sementara aku akan menghabiskan 3 malam di Holland.

Sabtu ini aku akan city tour sendiri di dalam kota Amsterdam dengan tujuan Royal Palace dan gereja yang dipakai untuk pameran saat musim panas, yang terletak lapangan Dam Square. Seperti kota lainnya, ini adalah lapangan alun-alun dimana terletak Royal Palace, Museum Madame Tussauds, Gereja De Nieuwe Kerk dan Plasa pusat perbelanjaan. Hampir setengah hari sendir aku berkeliling di Dam Square. Gerejanya spectakuler dengan relief dan patung setinggi ukuran manusia. Pegal kakiku masuk ke dalam Royal palace menguping penjelasan seorang guide yang membawa rombongan dari Australia. Akhirnya kakiku sdh tak tahan lagi dan memaksaku untuk duduk makan piza di pinggir jalan seharga 3 Euro per potong.

Perjalanan berlanjut menyusur kanal - kali ini melihat aneka museum kecil di sisi kiri kanal. Ada museum sex, dimana pejalan kaki yang lewat bisa kesiram air pipis dari salah satu patung di balik kaca bening, museum gay, museum makanan dll. Di sisi lainnya dimana Red Light District berada. Rumah-rumah petak berlantai dua atau 3 dengan jendela terbuka dan berisi nonik dengan baju zaman abad pertengahan membawa kipas kertas. semakin malam area ini semakin ramai penuh turis mancanegara. saya bertemu rombongan mahasiswa Indonesia yang juga berjalan kaki menyusur kanal dan diajak melihat kanal terindah : Brouwersgracht yang juga mempunyai rumah apung.
Di kanal ini rumah dengan jendela terbuka berwarna coklat menyembul indah. Menikmati keindahan kanal dengan kapal yang tertambat, rumah-rumah coklat putih di pinggirnya dari halaman Coffe and Tabac yang tertaburan di pinggir kanal. kursi-kursi aluminium yang enteng di letakkan di depan kios Coffe and Tabac dan kita pun ngobrol seperti orang bule yang suka mandi matahari sore......dari sini saya dibawa ke kaukenhoff melihat bunga tulip biru selapangan bola seperti karpet biru. Dismpingnya adalah bedeng tulip bulb yang di lelang dengan peminat dari penjuru dunia. di sisi seberangnya bedeng tulip warna merah dan kuning berseling hijau daun....wow pemandangan yang membuat nafas tertahan.

hampir jam 6 sore aku sampai lagi di penginapanku. Di tengah musi semi ini, matahari bersahabat dan baru akan tenggelam jam 8 malam. Matahari masih tinggi dengan sinarnya yang lembut. Suhu berkisar 15 derajad di pertengahan April 2002 ini. menyapu lembut pipi dan kupingku. Setelah menambah mantel dan penutup kepala aku menyusur lapangan di depan Van Rijk Museum dan masuk ke halamannya. Meminta tolong turis Jepang untuk mengambil gambarku dengan latar pintu gerbang museum. Museum Van Rijk dan Van Gogh terletak dalam satu kawasan dengan berbagi halaman depan. Aku pun duduk di bangku taman menikmati sore yang cerah namun dingin itu dengan melihat LCD yang di pasang di tower gerbang pintu masuk. terlihat 12 Bunga matahari karya Van Gogh yang monumental itu berselang seling dengan cewek chubi karya Van Rijk dan foto diri Van Gogh yang kumisan berwarna coklat jabrik sampai ke mulutnya

Sepanjang hidupnya Vincent Van Gogh menghasilkan 200 lukisan dan 500 surat pribadi yang ditujukan untuk adikknya, Teo van Gogh; dan sekarang disimpan di gedung di depanku ini. Beberapa grup remaja bercanda ria duduk di rumputan di tengah halaman membentuk kelompok-kelompok bercanda tertawa. Asik melihat mereka tertawa renyah. Satu hari tak terlupakan di Amsterdam. Esok aku akan naik bis ke Utrect Rotterdam dan Delft (pusat keramik putih biru) dan melihat desa nelayan Volendam

Sabtu, 25 Februari 2012

Malang dan Batu bersama ALSTE 89

Alste 89 cukup kompak dan merencanakan berkumpul bersama ke Bromo, Malang dan sekitarnya. perjalanan ini sudah direncanakan dari bulan October 2011, akhirnya terealisasi juga.

Kamis, 2 Feb 2012. Jakarta - Malang
lunch di Resto Inggil lalu berburu batik malang dan juga membeli oleh-oleh khas Malang di daerah Dinoyo, saat perjalanan Malang ke Batu. Pulang  dari Batu, kita amakn durian di jalan dan kekenyangan sampai saat dinner kita hanya sanggup makan es krim jadoel di Oen Resto

dari Airport kita sdh dijemput oleh supir dan keliling kota Malang dengan Yarris. Kita melewati alun-alun kota Malang, stasiun kereta dan berhenti untuk makan siang di Resto Inggil yang unik. Resto ini berdekor nuansa Jawa semi museum karena memajang beberapa koleksi jadoel.  Terletak di depan stasiun kereta api, tepat di depan sebuah hotel kuno.

Begitu masuk ke Resto Inggil  disambut patung Ken Dedes dan deretan koleksi berbagai rokok aneh-aneh yang hanya dipasarkan secara lokal. Dibalik bilik pajangan rokok terdapat koran tahun 1935-an terpigura apik berderet-deret di dinding kayu dan juga gambar Pak Karno dan Pak Hatta sedang memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia.

ruang selanjutnya terlihat berbagai macam topeng untuk keperluan tari topeng Jawa yang digantung di tengah-tengah jalan masuk ke ruang makan. di sisi kanan ruang makan terdapat rak kayu dengan berbagai macam mesin ketik kuno dan setrikaan ayam, serta radio kuno. di tengah ruang di atur deretan meja kursi tempat kita memesan makanan. di sisi kirinya terletak bilik-bilik rendah dengan tikar dan bantal untuk tempat lesehan.

Menu andalan disini adalah masakan Jawa Timur, yakni pecel terong dan rawon buntut, tahu petis. Kami pun memesan ke-3 jenis masakan tsb.  Selesai bersantap siang, kami melihat toko souvenir yang terletak di depan resto. Hujan rintik-rintik menyertai kami meninggalkan resto inggil menuju ke Batu untuk melihat butik batik Malang

Puas melihat Batik Malang yang berwarna kusam abu-abu karena memakai pewarna dari tanaman (tarub) di kota Batu, kami pun melanjutkan perjalanan balik ke malang dan mampir ke Toko Pia Mangkok yang terkenal unik karena membuat pia dengan isi tangkew beligo yang garing manis.

Hari pertama ini ditutup dengan makan es krim di Oen Restauran dan memfoto Kathedral Malang yang terletak tepat di seberang Oen Resto. sebenarnya pingin makan steak Oen yang bergaya kolonial tenmpo doeloe, namun sudah kekenyangan makan durian

Hotel tempat kami menginap di malang bernama Villa Ubud. Bernuansa Bali dan relatif masih baru. Hotel ini bersih dan nyaman. Jam 10 malam, teman kami dari Gresik tiba dan bergabung bermalam di hotel.

Sarapan bertiga di Billa Ubud Malang dan perjalanan dilanjut ke Oen Resto (lagi) untuk bergabung dengan 3 keluarga lainnya.  Semangat berwisata bersama tidak membuat anak-anak ngantuk karena harus bangun jam 3 subuh untuk mengejar pesawat pertama ke Malang. jauh-jauh ke Malang, anak-anak ini tidak mau sarapan di Oen, malah minta KFC dan McD.....begitu hebat daya tarik resto-resto waralaba modern ini :)

Dengan 2 Elf, kami menuju Batu untuk menjajal Batu Park Zoo2 yang berisi diorama hewan-hewan indonesia atau pun hewan luar negeri dengan tatanan seperti di habitat aslinya.

Saya salut dengan kota Batu Malang yang mempunya Batu Park Zoo1 (seperti Taman Safari Bogor), lalu Batu Park Zoo 2 yang berisi hewan yang sdh diawetkan dan ditata dalam kaca dengan tata lampu yang hangat dan juga Batu Spectakuler Night.  Kota sekecil itu mempunyai 3 wahana wisata keluarga yang bermutu.

Jam 13.15 kita sampai di Batu Park Zoo2 dan membeli tiket masuk seharga Rp. 20,000 per orang. Sangat murah menurut saya untuk tontonan yang saya di dapat didalamnya. Berapa biaya maintenance untuk merawat ruangan indoor sebesar itu dibanding dengan entrance fee Rp. 20.000,-

Batu Park Zoo dibagi 2 bagian besar. bagian pertama adalah wahana-wahana yang membutuhkan adrenalin -  permainan , seperti Mini Dunia Fantasi. Bagian kedua adalah diorama hewan lengkap dengan informasi asal hewan dan habitatnya.  Anak-anak sangat suka berada di dalam diorama hewan ini. Sangat edukatif dan mendidik anak-anak dan menambah pengetahuan umum kami

Di pintu masuk kami disambut dengan sangkar burung raksasa berwarna hijau, lengkap dengan awetan warna warni burung parkit, nuri dan kakaktua (tertulis berasal dari Brazil). Terpampang megah rangkaian tulang belulang dinosaurus di tengah ruangan kedua dan membuat anak teman kaget dan menangis. setelah diterangkan kalau ini hanyalah tulang dan binatangnya sudah mati barulah dia mau berfoto dan melihat-lihat isi museum ini.

selanjutnya berderet burung unta di padang Africa, rusa gunung. leopard dan beragam mamalia. Museum ini terdiri dari ruang kaca di kanan kiri tempat awetan binatang dan beralur berkelok-kelok. Di tengah museum berdiri megah keluarga beruang kutub dalam satu islan display serta keluarga Gajah Africa di island display lainnya.

alur selanjutnya adalah kerang-kerangan dan suasana bawah laut dengan terumbu dan kepiting yang menor berwarna jingga.  Ikan hiu, pari dan beragam ikan lautnya juga menepati akuarium di salah satu sisi museum. selanjutnya kita di tuntun ke ruang insektarium dengan koleksi kupu-kupu yang cantik serta rama-rama beragam ukuran......

Setelah puas melihat aneka ragam hewan, maka kami pun beristirahat di resto yang terletak satu kompleks dengan museum.  Hujan rintik-rintik menghalangi anak-anak bermain wahana permainan dan harus puas di dalam museum resto sambil menunggu teman yang akan gabung lagi untuk bersama-sama ke Bromo.

Interior resto ditata dengan nuansa safari macan tutul. Sofa-sofa empuk di tata di tengah. sementara meja dipinggir diletakkan diatas running belt bergerak perlahan mengitari ruangan. di sisi kanan meja berjalan adalah kandang rusa dan kandang Leopard sehingga anak-anak makan sambil melihat hewan-hewan dialam bebas bercanda dengan teman sekandangnya

Bosan menunggu hujan, kami pun berbelanja di toko souvenir. Magnet kulkas, tutup pencil, gantungan kunci dengan bentuk dan gambar hewan khas batu Park Zoo pun diborong untuk oleh-oleh teman kantor

Batu Park Zoo tutup jam 5 sore dan kami pun menuju ke Bromo, menginap di Bromo Permai. Esok pagi kami akan bangun jam 3 pagi untuk mendaki gunung Bromo. Tujuan kami adalah Penanjakan, Padang Savana dan Pasir berbisik.  Syukur-syukur kami bisa mampir ke Air Terjun Madakaripura.....

Sabtu, 04 Februari 2012

The Main Course : BROMO

Sabtu, 4 February 2012

Sampai di Hotel Bromo Permai sudah hampir jam 12.00 malam.  Macet banget dari malang karena hujan dan banjir di beberapa tempat yang membuat ELF harus perlahan menyusur jalanan naik ke Bromo. Kami beristirahat di Bromo Permai yang merupakan hotel pertama di kaki gunung Bromo dan penginapan dengan pemandangan Gunung Batok.  Dari teras kami bisa melihat G Batok yang seperti beledu hijau dengan pucuk terttutup awan (atau kabut ?)

Jam 4 pagi kami bersiap mendaki Penanjakan dengan jeep 4 wheel drive. satu jeep disewa seharga Rp. 500,000 untuk diisi dengan 6 penumpang. Suhu pagi itu mencapai 12derajad Celsius dan memaksa kami memakai legging dibawah celana jeans kami. Atasan rangkap 3, shawl, kaos tangan dan topi ponco tetap tak bisa melawan dingin dan rintik gerimis memaksaku untuk menyewa jaket tambahan di warung kopi seharga Rp. 10.000,-

Perjalanan dari Bromo Permai ke Pananjakan memakan waktu 55 menit dan terkocok-kocok di dalam Jeep.  Karena musim hujan maka pasir mengeras dan membentuk kubangan. Supir kami hanya memakai sarung dan sweater untuk melawan dingin. Namun tetap lincah memilih jalan menghindari patahan - patahan pasir yang mengeras.

untuk sampai di Penanjakan, kami harus berjalan kaki mendaki tangga semen yang nyaman selama 15 menit.  Di atas sudah terlihat banyak wisatawan dengan kamera berfoto dan berceloteh ria. Wajah-wajah muda mahasiswa berkelompok berfoto dengan berbagai pose dan memanggil saya tante, minta difoto agar  terlihat utuh di dalam kelompok mereka.

Gerimis dan kabut membuat kami tidak bisa melihat puncak Mahameru seperti di poscard.  Hanya terlihat kabut seputih kapas dibawah kami. Serasa terbang diantara awan.  Setelah foto sessi dalam grup Alste, kami pun turun dan menikmati kopi hangat, jagung bakar dan kentang goreng mentega yang ditusuk seperti sate. Satu tusuk berisi 4 kentang rebus kecil. yang dihangatkan dengan di goreng sebentar dengan sedikit mentega. hangat dan gurih.

Kembali dalam Jeep, kali ini kami akan menuju Kawah Bromo dan melihat pura Hindu yang dipakai sebagai tempat upacara keagamaan masyarakat Tengger. Turun dari Jeep disambut dengan penjaja kuda yang menawarkan jasanya mengantar kami sampai ke kaki kawah. Biaya Rp. 100.000 per kuda untuk trip pp.

Trik naik kuda adalah melemaskan badan dan mengikuti gerakan naik turun badan kuda saat kakinya melangkah. kalau kita kaku, akan pegal setelah selesai berkuda. Bapak pemilik kuda menuntun kudanya dengan telanjang kaki......hebat sekali fisik mereka.

Hasil obrolan sepanjang jalan dengan empunya kuda, perjalanan ke bromo paling ideal adalah akhir Feb -awal Maret karena masih ada gerimis. Air hujan akan meredam pasir melayang dan tidak kelilipan.  kalau kita naik Bromo saat musim panas, selain pasir yang mengganggu juga sangat panas dan membuat kulit gosong serta amplitudo suhu yang berjarak lebar yang membuat dingin lebih menggigit.

Kami salah timing karena awal Feb masih tinggi curah hujannya sehingga tidak bisa melihat sunrise di penanjakan. tetapi pemandangan di Padang Savana akan bagus hijau beledu. kalau musim panda, gunung Batok akan berubah menjadi coklat dan terlihat gersang

Perjalanan berkuda sekitar 1 jam dan kami pun sampai di kaki kawah.  Kuda ditambatkan menunggu kami naik dengan tangga. Mendaki 219 anak tangga pun dimulai. tangga lumayan curam dan oksigen semakin tipis membuat kami terengah-engah sampai di kawah. 

Karena Januari lalu kawah Bromo baru saja memuntahkan lahar, maka saat kami tiba, kawah terlihat mengecil namun dalam. Bulat seperti sumur dengan dinding pasir miring seperti corong. Puas aku rasanya bisa melihat ciptaan alam ini dan merasakan sensasinya.  Foto bersama, foto sendiri dalam aneka sudut pengambilan. Indah sekali dengan selimut matahari pagi yang lembut hangat. Hujan gerimis berhenti saat kami berkuda dan menyapu kabut makin ke atas memperlihatkan kaki G. Batok yang hijau rata menyejukan mata. Kabut makin naik dan menipis, seperti tabir putih terangkat ke atas memperlihatkan pemandangan hijau rata menyejukkan mata.  Hanya ucapan syukur di batin karena diberi rejeki dan kesempatan berwisata dan mengenyam kegembiraan ini.

Lapar melanda dan kami pun menikmati nasi jagung dan pecel Madiun di tempat pemberhentian Jeep. Sayuran rebus bahan pecel serasa keluar dari kulkas. Namun tetap terasa nikmat karena suasana tenang dengan teman-teman yang kita sukai. belum pernah makan nasi jagung sebelumnya. Pengalaman yg sempurna.

naik Jeep lagi selama 20 menit menuju balik kawah Bromo. Sepanjang perjalanan perdu rumput setinggi paha orang dewasa dengan bunga ungu dan kuning sangat memanjakan mata. beruntung sekali aku duduk di samping supir sehingga pemandangan lurus ke depan dan puas melihat dinding hijau dengan bunga rumput di kanan dan kiri jalan. Serasa di Swiss saat musim semi.....serasa di kaki Alpen.  Ga nyana kalau ada pemandangan bukit hijau rata seperti wall paper di Indonesia dengan pakaian musim dingin.

Berfoto dengan background jeep, berkostum baju musin dingin lengkap di tengah hamparan rumput dan siraman sinar matahari pagi.......ga bisa dilukiskan dengan kata-kata deh.....serasa bukan Indo bangeuds dech....Tak puas rasanya mandi hangatnya sinar matahari dengan semilir dingin angin di pipi dan joke temen-temen yang kocak......(sejenak melupakan pekerjaan dan segala target serta closing sales......)

Belum puas di Padang Savana, kita sudah dikejar waktu dan harus menikmati pasir berbisik.  Area ini masih disekitar kaki kawah Bromo.  Dengan jeep sekitar 10 menit sampai di dataran luas dengan batas depan G Batok dan belakang kami G. Bromo. luaaaassss banget dan datar. pasir memadat dengan jalur bekas jeep terlihat eksotis......di depan terlihat motor melintas dengan beban karung rumput dan karung bahan pokok lainnya (ojeg yang disewa oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Merupakan alat transportasi yang praktis di padang pasir). Ojeg ini membawa beras dan ikan asin serta tabung gas.....

Jam 12 siang kami kembali ke penginapan Bromo Permai untuk mandi dan check out b- alik menuju Malang.  langsung menuju Batu Spectakular Night yang merupakan hiburan malam di kota Batu.  kami pun membeli tiket masuk seharga Rp. 10,000 untuk melihat Lampion Garden.  (lagi-lagi entrance fee yang murah dibandingkan atraksi yang kami lihat)

Lampion garden adalah theme park dimana semua wahana dibuat dari lampion dengan lampu di dalamnya. Di pintu masuk dipajang kurcaci dengan Puteri Putih Salju dan disambung dengan kuda laut, dolphin dan aneka ikan hias. cantik banget lampu warna warni berbentuk aneka figurin terkenal ini. Selanjutnya ada miniatur menara Eiffel dengan swan lake di sekitarnya dan bangunan mirip kremlin dengan kubah-kubah ungu.  Lampion Flamingo berwarna pink berjajar di sudut taman ini menjadi favorit saya.  di pintu keluar berjajar bunga ester ungu dan lampion naga serta rusa yang bagus tata letaknya di atas bukit buatan

Penutup malam ini adalah karaoke dan pisang goreng di dalam batu Spectacular Night......
thanks all friend......pengalaman yang tak terlupakan